Kamis, 11 Februari 2016

Telinga Mendengar Jiwapun Ingkar

Assalamu'alaikum,

Betapa banyak pembangkangan kepada Alloh ta'ala terjadi di dalam kehidupan ini. Berbagai syariat Alloh ta'ala diamputasi oleh umat islam sendiri. Bukannya mereka tidak mendengar, bukan pula karena tidak mengerti dengan ayat Alloh ta'ala. Mereka mendengar ayat-ayat Alloh ta'ala dibacakan kepada mereka. Mereka juga mengerti bahwa perintah dan hukum Alloh  ta'ala wajib untuk dilaksanakan. Namun, seringkali mereka enggan, berat hati, banyak alasan, dan pada akhirnya ingkar dengan perintah Alloh ta'ala.

Realita pembangkangan ini bisa kita lihat bahwa hukum thagut, budaya jahiliyah, dan adat istiadat nenek moyang seringkali menjadi tandingan hukum dan perintah Alloh ta'ala. Ketika terjadi pertentangan antara keduanya bukan hukum Allah yang didahulukan, namun aturan dan hukum selain Alloh ta'ala yang justru diterapkan. Musibah, ya… benar-benar musibah yang besar ketika manusia membangkang dari hukum Alloh ta'ala. Banyak hal yang menyebabkan manusia membangkang dari perintah Alloh ta'ala. Di antara sebab pembangkangan tersebut adalah tipisnya keimanan sehingga gagal melahirkan jiwa sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami taat).

"Berbagai Pembangkangan di Dalam Kehidupan"

Jika kita urai banyak sekali pembangkangan dalam kehidupan ini baik pada individu, keluarga, dan masyarakat. Semuanya mencerminkan sifat tidak tunduk dengan apa yang disyariatkan Alloh ta'ala.

1.Pembangkangan Individu
Syariat dan hukum Alloh yang bersifat individu sangatlah banyak. Sholat fardhu lima waktu misalnya. Banyak pribadi yang mengaku muslim namun masih meninggalkan sholat wajib. Alasan mereka berbagai ragam. Ada yang malas, sibuk, acuh-tak acuh, ngribetin, atau bahkan sekedar buang-buang waktu saja menurut mereka. Adzan yang berkumandang sehari lima kali sama sekali tidak menggugah jiwa mereka. Seruan agung “hayya alash sholah, hayya alal falah/ marilah kita sholat, marilah kita menuju kepada kemenangan” selalu berlalu begitu saja. Selangkahpun kaki mereka tak mampu bergerak menuju masjid. Padahal, mereka boleh jadi orang-orang yang kuat mendaki gunung tinggi dan bolak-balik ke luar negeri. Lalu, di manakah mereka dengan hadits yang sangat agung ini?

بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ

“Pemisah Antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat. Jika ia meninggalkannya, maka ia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath Thobari dishohihkan Syaikh Al Albani).

Bukan hanya sholat, kewajiban menutup aurat dengan jilbab bagi muslimah masih terlalu banyak diabaikan oleh para muslimah di negeri ini. Padahal, mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim. Terkadang susah dibedakan antara zhohir wanita muslimah dengan wanita kafir karena penampilan yang tidak islami. Kondisi ini diperparah dengan celotehan ngawur tokoh-tokoh liberal yang menyatakan bahwa jilbab hanya sekedar budaya Arab bukan perintah Alloh ta'ala. Dampaknya, justru wanita muslimah yang berjilbab syar’i yang dituduh aliran sesat, aneh, teroris, fundamentalis, ekstrimis dan semisalnya. Padahal, justru merekalah yang sebanarnya aneh. Ya, sangat aneh karena mengaku muslimah namun enggan menutup aurot. Ajaran Islam dari manakah seperti itu?

2.Pembangkangan dalam masyarakat
Meskipun mayoritas masyarakat di negeri ini adalah muslim, namun masyarakat islami belum terwujud sepenuhnya dalam kehidupan. Dominasi masyarakat masih diwarnai dengan dominasi jahiliyah. Hal ini bisa kita saksikan dengan berbagai pembangkangan masyarakat terhadap aturan-aturan Alloh ta'ala.
Budaya pacaran telah dianggap budaya yang sah-sah saja. No problem, yang penting tidak sampai kumpul kebo kata mereka. Sebagian orang tua ada yang merasa resah ketika putrinya tidak pernah disambangin pemuda abal-abal untuk mengajak kencan dan pacaran. Banyak pemuda dan pemudi yang justru minder karena berstatus jomblo karena selalu dikecengin oleh teman sepergaulan. Tidak hanya pacaran, ikhtilath, bersalaman dengan lawan jenis saat berjumpa juga telah menjadi budaya masyarakat kita. Bahkan, kasus hamil di luar nikah semakin “dimaklumi” masyarakat karena saking banyaknya modus tersebut terjadi di kota sampai di desa-desa. “Ujung-ujungnya juga sama, akhirnya toh dinikahkan juga” celoteh mereka.

Masih banyak pembangkangan syariat islam di masyarakat yang dianggap biasa seperti budaya suap-menyuap, ghibah/gosip, memanggil dengan julukan dan panggilan jahiliyah dan masih banyak lagi. Realita ini seringkali terjadi bukan hanya karena faktor kebodohan saja. Banyak elemen masyarakat yang sebenarnya mengerti namun tidak suka jika nilai-nilai islam membahana di masyarakat. Allohul Musta’an.

3.Pembangkangan dalam lingkup negara
Hari ini banyak negara yang mayoritas penduduknya kaum muslimin namun tidak menerapkan hukum Alloh ta'ala. Undang-undang yang diterapkan pun juga bukan undang-undang yang bersumber dari hukum Alloh, namun justru dari hukum-hukum jahiliyah. Akhirnya, kaum muslimin sendiri justru menjadi korban berbagai macam kezholiman. Miras dan narkoba menyebar dimana-mana, perzinaan didukung dan dilokalisasi terang-terangan, riba dihalalkan, aliran-aliran sesat bebas bergerak merekrut massa, paham liberalisme, sekulerisme, pluralisme beragama malah dibiarkan merusak generasi bangsa, pergaulan bebas dan budaya barat dan sex bebas melibas generasi muda melalui berbagai media.

Ironisnya tidak sedikit kaum muslimin yang ketika diseru kepada Islam yang kafah/ sempurna justru phobia. Ada yang meragukan syariat Islam, ada yang benci, dan ada juga yang memang lebih memilih hukum aturan jahiliyah. Sedikit sekali orang-orang yang sami’na wa atho’na dengan perintah Alloh ta'ala. Kebanyakan mereka mendengar namun tidak tunduk kepada perintah Alloh. Semoga Alloh ta'ala menjadikan hati kita tunduk kepada setiap syariat Alloh Subhanahu wa ta'ala.

"Jangan seperti Bani Isroil"

Mendengar kebenaran namun mengingkari dan menolaknya adalah salah satu ciri utama kaum Bani Isroil. Alloh ta'ala menjelaskan hal tersebut di dalam firman-Nya.

“Orang-orang Yahudi, mereka mengubah perkataan dari hakikat yang sesungguhnya. (mengubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi). mereka berkata, “Sami’na wa ‘ashoina/Kami mendengar”, tetapi Kami tidak mau menaatinya. Mereka juga mengatakan, “Dengarlah” sedang kalian sebenarnya tidak mendengar apa-apa karena ketulian hati mereka. Merekapun mengatakan, “Raa’ina” (kata ejekan kebodohan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam), dengan bersilat lidah serta mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan : “sami’na wa atho’na/kami mendengar dan kami taat, dengarkanlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah hal itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat. Akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. mereka tidak beriman kecuali iman yang sedikit sekali.(QS. An Nisa’ [46]:46)

Begitulah karakter Bani Isroil yang terkenal dengan pembangkangannya kepada Alloh ta'ala dan para Nabi-Nya. Mereka mendengar perkataan yang haq namun hati mereka mengingkarinya. Hasad, sombong, dan angkuh memenuhi jiwa mereka sehingga kebenaran yang didengar tidak menjadikan jiwanya tunduk terhadap syariat Alloh ta'ala. Sungguh rugi jika sifat ini ada pada diri, masyarakat, dan bangsa kita. Semoga Alloh ta'ala selamatkan kita dari itu semua.

"Dengarkan dan ikuti yang terbaik!"

Orang yang berakal adalah mereka yang mendengar dan mengikuti perkataan yang terbaik. Meskipun terkadang kebenaran yang ia dengar sangat pahit dan bertentangan dengan hawa nafsunya, namun ia tidak menolaknya. Ia mencoba berlapang dada karena yang ia cari adalah kebenaran dari siapaun datangnya. Mereka- mereka itulah pemilik jiwa yang sehat dan fitrah yang lurus. Sungguh beruntung siapa saja menyimak perkataan lalu mengikuti yang terbaik untuk menjadi pribadi yang sami’na wa atho’na. Sungguh indah sekali firman Alloh ta'ala berikut ini.

“Orang-orang yang mendengarkan perkataan kemudian mengikuti apa yang terbaik dari apa yang mereka dengar (ajaran Al-Qur’an) mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk. Mereka itulah orang-orang yang berakal.” (QS. Az Zumar[39]:18)

Wallahu'alam,
Wassalamu'alaikum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar