Allah SWT berfirman,
يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ، إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ.
"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. As-Syu'arâ’ [26]: 88-89).
Dia juga berfirman,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
”...dan demi jiwa serta (demi) penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. asy-Syams [91]: 1-10).
_Mengapa Hati?_
Hati berperan sebagai pengendali bagi seluruh gerak langkah manusia. Makanya Rasulullah saw selalu mengingatkan agar memelihara hati dengan baik.
*"Ketahuilah bahwa dalam jasad itu terdapat segumpal daging; jika daging tersebut baik, maka seluruh tubuh pun akan menjadi baik. Sebaliknya, jika daging tersebut rusak, maka seluruh tubuh ikut rusak.”* (HR. Ibnu Majah; Shahih)
Melalui ayat di atas, Allah SWT menerangkan kepada kita bahwa _hati yang bersih dari rasa dengki dan berbagai penyakit hati merupakan faktor keselamatan dan kebahagiaan di akhirat kelak_.
Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari berbagai penyakit, seperti menyekutukan Allah, ragu, syubhat, sesat, munafik, dengki, sombong, takabbur, keinginan-keinginan tidak baik dan lain sebagainya.
Menurut Ibnu Qayyim, sebagimana disebutkan dalam kitab Al-Jawab al-Kafi, *”Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari syirik, khianat, iri dan dengki, sombong, kikir, takabbur, cinta dunia dan jabatan, dan terbebas dari penyakit yang menjauhkannya dari Allah SWT, dari keraguan akan wahyu-Nya, dari nafsu yang menentang perintah-Nya, dari keinginan yang membebani pikirannya, dan terbebas dari faktor yang menjadikannya terputus dari Allah*.
Hati yang bersih ini akan berada dalam surga dunia, surga di alam barzakh, dan surga pada hari kembali (akhirat).”
Bahkan, dalam banyak hadits, Rasulullah saw menjelaskan, bahwa _sucinya hati_ dari berbagai penyakit, seperti sifat curang, iri dan dengki, takabbur, dan sebagainya, merupakan *penyebab terbesar masuk surga*.
Anas bin Malik, salah seorang pemuka sahabat menceritakan, bahwa sekali waktu ia duduk dalam sebuah majlis bersama Rasulullah dan sahabat-sahabat lainnya. Dalam pada itu, Rasulullah saw kemudian bersabda,
"Akan tampak (masuk) kepada kalian orang (yang termasuk) dari ahli surga.”
Tak lama kemudian, masuklah seorang laki-laki dari kaum Anshar; air wudhunya menetes dari janggutnya, dan menenteng sendalnya dengan tangan kirinya.
Besoknya, Rasulullah saw berkata dengan ucapan yang sama (sebentar lagi akan masuk kepada kalian orang yang termasuk ahli surga). Lagi-lagi muncul laki-laki itu dalam kondisi yang sama seperti kemarin (air wudhunya menetes dari janggutnya, menenteng sandalnya dengan tangan kirinya).
Di hari ketiga, Rasulullah saw juga berkata demikian (sebentar lagi akan masuk kepada kalian orang yang termasuk ahli surga). Ternyata, laki-laki itu yang muncul kembali.
Maka, ketika Rasulullah saw telah pergi, Abdullah bin Amru bin ’Ash mengikuti laki-laki itu.
Abdullah bin Amru berkata kepadanya, ”Aku sedang berseteru dengan ayahku. Aku bersumpah tidak akan menemuinya selama tiga hari, aku berharap engkau bisa menampungku sementara waktu.”
Laki-laki itu menjawab, ”Baiklah.”
Maka, ”Pada saat itu, Abdullah pun tinggal bersamanya selama tiga malam. Namun, Abdullah tidak pernah melihat laki-laki itu bangun shalat malam. Yang ditemukannya jika laki-laki itu terbangun, dia hanya berdzikir dan bertakbir di atas tempat tidurnya sampai datang waktu subuh.”
Abdullah menuturkan, ”Aku juga tidak pernah mendengar ucapan kecuali yang baik darinya. Dan ketika tiba hari ketiga, hampir saja aku meremehkan amalannya.
Aku (Abdullah) pun bertanya padanya, ”Wahai hamba Allah, sebetulnya antara aku dan ayahku tidak ada masalah apa-apa. Namun, aku pernah mendengar Rasulullah saw bercerita tentang dirimu sampai tiga kali. Beliau saw berkata, ’Akan muncul kepada kalian seorang dari ahli surga.’
Rasulullah saw mengucapkan hal itu sebanyak tiga kali. Setiap kali beliau mengucapkannya, selama itu pula engkaulah yang muncul, sebanyak tiga kali berturut-turut. Aku penasaran hingga tinggal bersama engkau untuk mengetahui apa amalan yang engkau lakukan, dan aku akan ikuti. Akan tetapi aku tidak pernah melihat amalan yang banyak dari dirimu.
Sebetulnya apa yang engkau lakukan sehingga Rasulullah saw berkata seperti itu?"
Laki-laki itu menjawab, ”Ya, seperti yang engkau lihat, itulah amal ibadahku.”
Mendengar jawaban tersebut, Abdullah merasa tidak puas. Dia semakin penasaran. Maka, Abdullah pun terus membujuknya, agar mau mengatakannya.
Maka, laki-laki itupun berkata, ”Tidak lain, saya tidak pernah memiliki perasaan curang kepada seorang pun, saya tidak pernah merasa dengki/iri kepada mereka atas nikmat yang Allah berikan kepada mereka.”
Lalu Abdullah pun berkata, *'Inilah yang membuat engkau memperoleh hal itu (surga), karena hal inilah yang paling sulit dilakukan.’”* (HR. Ahmad dan Nasa’i dari Anas bin Malik ra.)
Dalam hadits shahih yang lain menyatakan bahwa orang yang bersih dari rasa iri dan dengki, selalu istiqamah dan konsisten dalam iman dan takwa, dialah orang yang paling utama dan paling sempurna di sisi Allah.
Diriwayatkan dari Abdullah ibn ’Amr ra, ia berkata, ”Ada yang bertanya, ’Wahai Rasulullah, _siapa orang yang paling utama?’_
Beliau menjawab, ```’Setiap orang yang hatinya bersih dan jujur.’ ```
Mereka (sahabat) berkata, ’Orang jujur kami mengetahuinya, tapi apa yang dimaksud dengan hati yang bersih?’
Rasulullah saw menjawab, *’Yaitu bersih dan suci, tak ada dosa di dalamnya, tak ada perasaan zalim, khianat dan dengki.'” * (HR. Ibnu Majah; shahih menurut Al-Mundziri dan Al-Albani-dalam Shahih Al-Jami’).
Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Jawab al-Kafi, ”Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari syirik, khianat, iri dan dengki, sombong, kikir, takabbur, cinta dunia dan jabatan, dan terbebas dari penyakit yang menjauhkannya dari Allah SWT, dari keraguan akan wahyu-Nya, dari nafsu yang menentang perintah-Nya, dari keinginan yang membebani pikirannya, dan terbebas dari faktor yang menjadikannya terputus dari Allah. Hati yang bersih ini akan berada dalam surga dunia, surga di alam barzakh, dan surga pada hari kembali (akhirat).”
Salam,
M. Yusuf Shandy, Lc.
يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ، إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ.
"(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. As-Syu'arâ’ [26]: 88-89).
Dia juga berfirman,
وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا، قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
”...dan demi jiwa serta (demi) penyempurnaan ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. asy-Syams [91]: 1-10).
_Mengapa Hati?_
Hati berperan sebagai pengendali bagi seluruh gerak langkah manusia. Makanya Rasulullah saw selalu mengingatkan agar memelihara hati dengan baik.
*"Ketahuilah bahwa dalam jasad itu terdapat segumpal daging; jika daging tersebut baik, maka seluruh tubuh pun akan menjadi baik. Sebaliknya, jika daging tersebut rusak, maka seluruh tubuh ikut rusak.”* (HR. Ibnu Majah; Shahih)
Melalui ayat di atas, Allah SWT menerangkan kepada kita bahwa _hati yang bersih dari rasa dengki dan berbagai penyakit hati merupakan faktor keselamatan dan kebahagiaan di akhirat kelak_.
Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari berbagai penyakit, seperti menyekutukan Allah, ragu, syubhat, sesat, munafik, dengki, sombong, takabbur, keinginan-keinginan tidak baik dan lain sebagainya.
Menurut Ibnu Qayyim, sebagimana disebutkan dalam kitab Al-Jawab al-Kafi, *”Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari syirik, khianat, iri dan dengki, sombong, kikir, takabbur, cinta dunia dan jabatan, dan terbebas dari penyakit yang menjauhkannya dari Allah SWT, dari keraguan akan wahyu-Nya, dari nafsu yang menentang perintah-Nya, dari keinginan yang membebani pikirannya, dan terbebas dari faktor yang menjadikannya terputus dari Allah*.
Hati yang bersih ini akan berada dalam surga dunia, surga di alam barzakh, dan surga pada hari kembali (akhirat).”
Bahkan, dalam banyak hadits, Rasulullah saw menjelaskan, bahwa _sucinya hati_ dari berbagai penyakit, seperti sifat curang, iri dan dengki, takabbur, dan sebagainya, merupakan *penyebab terbesar masuk surga*.
Anas bin Malik, salah seorang pemuka sahabat menceritakan, bahwa sekali waktu ia duduk dalam sebuah majlis bersama Rasulullah dan sahabat-sahabat lainnya. Dalam pada itu, Rasulullah saw kemudian bersabda,
"Akan tampak (masuk) kepada kalian orang (yang termasuk) dari ahli surga.”
Tak lama kemudian, masuklah seorang laki-laki dari kaum Anshar; air wudhunya menetes dari janggutnya, dan menenteng sendalnya dengan tangan kirinya.
Besoknya, Rasulullah saw berkata dengan ucapan yang sama (sebentar lagi akan masuk kepada kalian orang yang termasuk ahli surga). Lagi-lagi muncul laki-laki itu dalam kondisi yang sama seperti kemarin (air wudhunya menetes dari janggutnya, menenteng sandalnya dengan tangan kirinya).
Di hari ketiga, Rasulullah saw juga berkata demikian (sebentar lagi akan masuk kepada kalian orang yang termasuk ahli surga). Ternyata, laki-laki itu yang muncul kembali.
Maka, ketika Rasulullah saw telah pergi, Abdullah bin Amru bin ’Ash mengikuti laki-laki itu.
Abdullah bin Amru berkata kepadanya, ”Aku sedang berseteru dengan ayahku. Aku bersumpah tidak akan menemuinya selama tiga hari, aku berharap engkau bisa menampungku sementara waktu.”
Laki-laki itu menjawab, ”Baiklah.”
Maka, ”Pada saat itu, Abdullah pun tinggal bersamanya selama tiga malam. Namun, Abdullah tidak pernah melihat laki-laki itu bangun shalat malam. Yang ditemukannya jika laki-laki itu terbangun, dia hanya berdzikir dan bertakbir di atas tempat tidurnya sampai datang waktu subuh.”
Abdullah menuturkan, ”Aku juga tidak pernah mendengar ucapan kecuali yang baik darinya. Dan ketika tiba hari ketiga, hampir saja aku meremehkan amalannya.
Aku (Abdullah) pun bertanya padanya, ”Wahai hamba Allah, sebetulnya antara aku dan ayahku tidak ada masalah apa-apa. Namun, aku pernah mendengar Rasulullah saw bercerita tentang dirimu sampai tiga kali. Beliau saw berkata, ’Akan muncul kepada kalian seorang dari ahli surga.’
Rasulullah saw mengucapkan hal itu sebanyak tiga kali. Setiap kali beliau mengucapkannya, selama itu pula engkaulah yang muncul, sebanyak tiga kali berturut-turut. Aku penasaran hingga tinggal bersama engkau untuk mengetahui apa amalan yang engkau lakukan, dan aku akan ikuti. Akan tetapi aku tidak pernah melihat amalan yang banyak dari dirimu.
Sebetulnya apa yang engkau lakukan sehingga Rasulullah saw berkata seperti itu?"
Laki-laki itu menjawab, ”Ya, seperti yang engkau lihat, itulah amal ibadahku.”
Mendengar jawaban tersebut, Abdullah merasa tidak puas. Dia semakin penasaran. Maka, Abdullah pun terus membujuknya, agar mau mengatakannya.
Maka, laki-laki itupun berkata, ”Tidak lain, saya tidak pernah memiliki perasaan curang kepada seorang pun, saya tidak pernah merasa dengki/iri kepada mereka atas nikmat yang Allah berikan kepada mereka.”
Lalu Abdullah pun berkata, *'Inilah yang membuat engkau memperoleh hal itu (surga), karena hal inilah yang paling sulit dilakukan.’”* (HR. Ahmad dan Nasa’i dari Anas bin Malik ra.)
Dalam hadits shahih yang lain menyatakan bahwa orang yang bersih dari rasa iri dan dengki, selalu istiqamah dan konsisten dalam iman dan takwa, dialah orang yang paling utama dan paling sempurna di sisi Allah.
Diriwayatkan dari Abdullah ibn ’Amr ra, ia berkata, ”Ada yang bertanya, ’Wahai Rasulullah, _siapa orang yang paling utama?’_
Beliau menjawab, ```’Setiap orang yang hatinya bersih dan jujur.’ ```
Mereka (sahabat) berkata, ’Orang jujur kami mengetahuinya, tapi apa yang dimaksud dengan hati yang bersih?’
Rasulullah saw menjawab, *’Yaitu bersih dan suci, tak ada dosa di dalamnya, tak ada perasaan zalim, khianat dan dengki.'” * (HR. Ibnu Majah; shahih menurut Al-Mundziri dan Al-Albani-dalam Shahih Al-Jami’).
Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-Jawab al-Kafi, ”Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari syirik, khianat, iri dan dengki, sombong, kikir, takabbur, cinta dunia dan jabatan, dan terbebas dari penyakit yang menjauhkannya dari Allah SWT, dari keraguan akan wahyu-Nya, dari nafsu yang menentang perintah-Nya, dari keinginan yang membebani pikirannya, dan terbebas dari faktor yang menjadikannya terputus dari Allah. Hati yang bersih ini akan berada dalam surga dunia, surga di alam barzakh, dan surga pada hari kembali (akhirat).”
Salam,
M. Yusuf Shandy, Lc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar