KH.Abdullah Gymnastiar :
Saudaraku, ada orang yg sholih dan ada orang yang mushlih. Orang sholih itu hampir bisa dipastikan disukai oleh semua orang. Sedangkan orang yang mushlih belum tentu disukai oleh semua orang. Mengapa? Karena orang yang sholih itu artinya orang yang baik baru sebatas untuk dirinya sendiri atau sebagai dirinya secara personal. Sedangkan orang yang mushlih itu selain akhlaknya baik secara personal, dia juga mengajak orang lain dan lingkungannya untuk menjadi lebih baik.
Rosululloh Saw. sejak muda sudah sangat dikenal sebagai pribadi yang sholih, akhlaknya mulia dan sangat bisa dipercaya. Semua orang di kota Mekkah menyukainya. Akan tetapi ketika beliau mulai menjadi sosok yang mushlih, sosok yang mengajak orang lain kepada tauhiid, kepada kebenaran dan kebaikan, maka sebagian besar orang-orang di Mekkah tidak menyukainya. Mereka bukan tidak menyukai akhlak Rosululloh Saw. yang mulia, akan tetapi mereka tidak suka diajak kepada nilai-nilai tauhiid.
Alloh Swt. berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr [103] : 1-3)
Jadi orang yang beruntung itu pertama adalah orang yang beriman. Artinya dia harus belajar agar memiliki pemahaman tentang kebenaran, sehingga setelah paham dia menjadi yakin atau iman. Kedua, adalah orang yang mengamalkan pemahamannya dengan cara beramal sholih. Dan yang ketiga, yaitu nasehat-menasehati kebenaran dalam kesabaran.
Saudaraku, ada orang yg sholih dan ada orang yang mushlih. Orang sholih itu hampir bisa dipastikan disukai oleh semua orang. Sedangkan orang yang mushlih belum tentu disukai oleh semua orang. Mengapa? Karena orang yang sholih itu artinya orang yang baik baru sebatas untuk dirinya sendiri atau sebagai dirinya secara personal. Sedangkan orang yang mushlih itu selain akhlaknya baik secara personal, dia juga mengajak orang lain dan lingkungannya untuk menjadi lebih baik.
Rosululloh Saw. sejak muda sudah sangat dikenal sebagai pribadi yang sholih, akhlaknya mulia dan sangat bisa dipercaya. Semua orang di kota Mekkah menyukainya. Akan tetapi ketika beliau mulai menjadi sosok yang mushlih, sosok yang mengajak orang lain kepada tauhiid, kepada kebenaran dan kebaikan, maka sebagian besar orang-orang di Mekkah tidak menyukainya. Mereka bukan tidak menyukai akhlak Rosululloh Saw. yang mulia, akan tetapi mereka tidak suka diajak kepada nilai-nilai tauhiid.
Alloh Swt. berfirman, “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al Ashr [103] : 1-3)
Jadi orang yang beruntung itu pertama adalah orang yang beriman. Artinya dia harus belajar agar memiliki pemahaman tentang kebenaran, sehingga setelah paham dia menjadi yakin atau iman. Kedua, adalah orang yang mengamalkan pemahamannya dengan cara beramal sholih. Dan yang ketiga, yaitu nasehat-menasehati kebenaran dalam kesabaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar