Rabu, 07 Oktober 2015

Kegundahan Seorang Ayah


Menjelang ajalnya, lelaki tua itu merasa gundah dan gelisah. Air matanya mengalir membayangkan hisab yang akan diterimanya kelak. Tak henti-hentinya ia berzikir dengan suara bergetar diliputi rasa takut dan harap bahwa ia telah menjalankan amanah kehidupan ini dengan baik.
Ada satu yang masih mengganjalnya yang membuatnya begitu gundah untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Lelaki tua yg sepanjang hidupnya selalu berjuang membela kebenaran ini kemudian mengumpulkan anak-anaknya. Lalu terjadilah dialog yang Allah abadikan di dalam surah al Baqarah ayat 133:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".
Lelaki tua itu adalah Nabi Yaqub as. Kegundahan beliau bukan karena masa depan materi anak-anaknya, tapi masa depan iman dan tauhid anak-anaknya. Subhanallah....inilah kegundahan seorang ayah yang paham betul apa makna warisan sesungguhnya. Bukan harta atau materi yang perlu dikuatirkan sebagai warisan untuk masa depan anak-anaknya, tapi iman dan tauhid.
Kegundahan Nabi Yaqub as adalah kegundahan setiap ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Kegundahan yang membuat seorang ayah berdoa siang dan malam dan menangis di sepertiga malam memikirkan iman anak-anaknya. Gelisah...apakah ia sudah menjadi ayah yang benar. Apakah upayanya sudah maksimal untuk mendidik anak-anaknya. Ia takut anak-anaknya akan menyeretnya ke neraka, karena belum maksimal mendidik anak-anaknya.
Kegundahan seorang ayah yang hanya bisa dijawab dengan iman dan tauhid dari anak-anaknya. Kegundahan yang hanya bisa dijawab dengan perbuatan sholih anak-anaknya, baik ketika ia masih hidup maupun sesudah meninggal.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, prestasi seabreg anaknya belum cukup membuatnya tenang jika anaknya jauh dari iman dan tauhid.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, kebaikan dan kecintaan anak-anak kepadanya di masa tua belum cukup membuatnya tenang jika anaknya jauh dari iman dan tauhid.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bukan warisan harta benda yang membuatnya kuatir menelantarkan anak-anaknya sepeninggalnya, tapi warisan iman dan tauhid.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bukan balas jasa materi yang ia harapkan dari anak-anaknya. Tapi doa dari anak yang sholih. Baik ketika ia baru meninggal, maupun sesudah lama ia meninggal. Ia yakin doa anak-anaknya akan mengurangi siksa kuburnya.
Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidurnya menjadi tidak nyenyak karena di kepalanya terus terngiang-ngiang ayat Allah berikut:
"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kebahagiaan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar" (Qs. 4 : 9).
Wahai anak-anakku....jika engkau mencintai ayahmu buatlah ia tenang dan bangga dengan iman dan tauhidmu. Bukan oleh prestasi semu, yang hanya menipumu dan menipunya. Bukan oleh prestasi semu yang tidak berguna di hari keabadian, bagimu dan baginya.
By. Satria hadi lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar